Berbeda dengan jumlah yang telah ditulis dalam teori Communicative Language Teaching tentang dimensi komunikatif sebuah bahasa, hanya sedikit yang telah ditulis terkait tentang teori pembelajaran. Menurut Richard dan Rodger (1999), unsur-unsur yang mendasari teori belajar dapat dilihat dalam beberapa praktek CLT. Namun, salah satu unsur tersebut dapat digambarkan sebagai prinsip komunikasi: kegiatan yang melibatkan komunikasi nyata yang mengembangkan pembelajaran. Unsur kedua adalah prinsip tugas: aktivitas di mana bahasa digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas yang berarti mengembangkan pembelajaran. Unsur ketiga adalah prinsip kebermaknaan: bahasa yang berarti mendukung proses pembelajaran bagi pelajar. Kegiatan belajar yang karenanya dipilih sesuai dengan seberapa baik mereka (Guru) melibatkan siswanya dalam penggunaan bahasa yang bermakna dan sebenarnya (bukan hanya mesin praktik tentang pola bahasa). Menurut teori ini, pemerolehan kompetensi komunikatif dalam bahasa adalah contoh pengembangan keterampilan yang melibatkan baik aspek kognitif dan aspek perilaku:
a) Aspek kognitif melibatkan internalisasi rencana untuk membuat perilaku yang sesuai. Untuk penggunaan bahasa, rencana ini berasal utamanya berasal dari sistem bahasa. Mereka termasuk aturan tata bahasa, tata cara memilih kosa kata, dan adat sosial yang mengatur tentang berbicara.
b) Aspek perilaku melibatkan otomatisasi rencana- rencana ini sehingga mereka dapat dikonversi menjadi kinerja yang lancar di waktu yang sebenarnya. Hal ini terjadi terutama melalui praktik dalam mengkonversi rencana menjadi kinerja (Littlewood: 2002).
Dalam teori ini, terdapat sebuah dorongan dan
penekanan pada praktik sebagai cara untuk mengembangkan keterampilan komunikatif.
Dalam desain penelitian yang telah saya lakukan bersama beberapa rekan di IAIN Bengkulu, menunjukkan bahwa seorang instruktur harus menetapkan sebuah proses untuk siswanya yang yang mana para siswa harus diminta untuk berbicara sebaik mungkin dengan semua sumber yang tersedia. Jika instruktur melihat bahwa para peserta didik tidak berada dalam kondisi yang nyaman untuk berbicara atau berkomunikasi karena kekurangan bantuan bahasa, maka ia harus menyediakan item bahasa yang diperlukan untuk interaksi yang efektif, baik leksikal dan struktural dan instruktur dapat menawarkan latihan, jika memang dibutuhkan. Ini adalah struktur pedagogis dan metodologis dimana
pengajaran bahasa yang komunikatif harus dilakukan. Dalam penelitian ini, bahan ajar dikembangkan dengan mengadopsi model pengajaran komunikatif ini dimana item bahasa yang ada saat ini terbukti diperlukan untuk komunikasi yang efektif di setiap bagian awal dari masing-masing unit. Guru dapat menerapkan topik-topik tersebut jika para siswa merasa sulit untuk mengungkapkan kemampuan mereka dalam berbahasa Inggris, dan kemudian membiarkan mereka berlatih berbahasa Inggris sebaik mungkin dengan ketersediaan sumber daya yang ada di dalam kelas.
M. Arif Rahman Hakim & Dedi Efrizal
Pengembangan Materi Bahan Ajar Public Speaking berdasarkan Communicative Language Teaching.
Manhaj, Vol. 4, Nomor 3, September – Desember 2016